Translate

19 Juni 2009

Wusss.... Hour

Menandai hari dengan nama seperti Senin, Selasa, rabu dan seterusnya terkait dengan waktu atau terbit serta tenggelamnya matahari. Hari seperti halaman buku yang penuh dengan berbagai catatan peristiwa kehidupan.
Termasuk catatan untuk kejadian atau peristiwa yang berlangsung pagi hari. Tidak sedikit pelajar sekolah menengah pertama atau atas yang mengawali hari dengan bergaya seperti pembalap. Mengendarai kendaraannya kencang di jalan raya agar sampai di sekolah lebih awal, terburu-buru karena ingin mengejar waktu supaya tidak terlambat. Atau karena secara psikologis tertanam dalam mind set bahwa orang harus bersemangat sebab masih segar dan bugar.
Akibatnya, orang melakukan aktivitas pagi hari dengan serba terburu-buru dan serba cepat. Termasuk pelajar putra atau putri yang memacu kendarannya dengan kecepatan tinggi. Ini kerap membuat kaget, tiba-tiba ada kendaraan yang menyalib dengan kecepatan tinggi. Wusss....
Di Amerika, padatnya jalan karena dipenuhi oleh kendaraan pribadi atau umum saat jam-jam sibuk disebut rush hour. Ini terjadi pada waktu orang dalam waktu hampir bersamaan berangkat ke kantor di pagi hari atau pulang dari kantor di sore hari.
Di Jogja, traffic jam atau kemacetan terjadi di persimpangan atau perempatan pada jam sibuk, saat pelajar atau pekerja berangkat dan pulang sekolah atau kerja. Tidak sedikit diantara pengendara yang berusaha saling mendahului sehingga kerap terjadi kecelakaan.
Kecelakaan berat atau ringan kerap terjadi di pagi hari yang melibatkan pelajar karena sikap kurang hati-hati dari pengguna jalan yang ingin serba cepat sampai tujuan. Jalan bukan lagi menjadi sarana dan prasarana yang memudahkan orang mencapai suatu tempat. Tetapi menjadi arena adu cepat untuk mencapai tujuan.
Jalan menjadi tempat untuk menunjukkan keegoisan, jalan menjadi arena untuk saling memperebutkan ruang yang sempit dengan mengandalkan kecepatan atau ketrampilan dalam mengendarai kendaraan bermotor. Pengguna jalan terkesan saling bersaing, sikap untuk mengalah dan memberi kesempatan pada pengguna jalan lain semakin jarang ditemui.
Jalan-jalan di Jogja kini sibuk dan sering macet, menjadi rush hour. Seperti di Jalan Kaliurang dari selokan Mataram sampai perempatan ring road. Jalan Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Suryotomo, jalan Godean dari depan Mirota Godean sampai perempatan Ring Road barat, Jalan Magelang, Jalan Parangtritis, Jalan Bantul, Jalan Samas dan yang lainnya.
Jackie Chan dan Chris Tucker dalam membintangi film action komedi Rush Hour sampai beberapa seri tidak pernah mengalami kecelakaan atau luka serius apalagi sampai mengorbankan nyawanya. Film Rush Hour memberikan hiburan dan gelak tawa.
Tetapi dalam wuss... hour, yang diperankan pelajar berseragam abu-abu, tidak sedikit dari mereka luka dan cidera berat bahkan sampai meninggal dunia karena kecelakaan di jalan akibat ngebut saat akan berangkat ke sekolah. Aksi itu membuahkan duka dan luka, apalagi gelak tawa.
Keberadaan polisi di persimpangan atau perempatan pada pagi hari belum meningkatkan kesadaran pelajar untuk tidak ngebut. Peran guru dalam memberikan pendidikan berlalulintas yang santun masih kurang. Orang tua tidak cukup memberi pesan atau nasehat agar berhati-hati di jalan dan tidak ngebut, saat anak minta diri, pamit atau ijin untuk berangkat sekolah. Siapa yang bertanggungjawab dengan tumbuhnya budaya wuss...hour?

P Daryono (*)
Komunitas Cemara Tujuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar