Translate

01 Juni 2009

Awas, masih Ada Kereta yang Lewat

Pembangunan rel ganda tengah memasuki kawasan kota Yogyakarta. Dampaknya baru akan dirasakan manakala masyarakat merasakan langsung frekuensi lalu lalang kereta api tidak seperti biasanya.
Dari dulu hingga sekarang kereta api selalu berjalan di relnya. Namun membiasakan masyarakat untuk memahami dan menyadari adanya perubahan lalu lalang kereta api yang tidak lagi tunggal menjadi ganda, merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Sejalan dengan pembangunan rel ganda di wilayah Daop VI, semestinya PT KAI yaitu Daop VI mulai melakukan sosialisasi terhadap hadirnya rel ganda lebih dini. Tidak selamanya kereta api datang dari satu arah namun dapat terjadi kereta datang dari dua arah pada waktu bersamaan. Termasuk saat di perlintasan rel kereta api dengan jalan raya.
Daop VI pasti menyadari bagaimana tingkat kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi rambu-rambu lalulintas. Kebiasaan menerobos palang pintu perlintasan kereta api yang sudah ditutup menjadi pemandangan yang selalu menimbulkan kecemasan tersendiri. Apalagi ketidak sabaran pengemudi yang ditunjukan dengan membunyikan klakson terus menerus saat kereta tidak lewat-lewat.
Sangat memungkinkan ketika rel ganda sudah berfungisi, satu kereta sudah lewat tetapi palang pintu perlintasan masih tertutup karena menunggu kereta dari arah lain akan lewat. Kebiasaan masyarakat memahami satu kereta api lewat diperlintasan sudah cukup dan ketidak sabaran pengemudi kendaraan bermotor, biasanya pengendara sepeda motor atau kernet bus kota, spontan membuka sendiri palang pintu perlintasan kereta api.
Tragedi tentang perlintasan kereta api akan menjadi kenyataan jika Daop VI tidak segera melakukan sosialisasi kehadiran rel ganda. Sosialisasi tidak cukup dengan memutarkan rekaman suara perempuan lewat pengeras suara di perlintasan kereta api yang bersifat menggurui dan bercerita tentang isi undang-undang seperti yang ada di sebelah barat stasiun Lempuyangan. Selain tidak efektif, membosankan, pesannya juga tidak terdengar karena kalah dengan suara deru kendaraan.
Daop VI harus mulai merubah pola sosialisasi yang bersifat menggurui, dan hanya cukup memasang rambu tanda kereta api berupa gambar kereta api di setiap perlintasan kereta api termasuk membangun polisi-polisi tidur untuk mengejutkan pengemudi. Atau puas memasang tulisan Awas Hati-Hati Ada Kereta atau spanduk bertuliskan peringatan dan himbauan kepada pengguna jalan, mengganti rambu-rambu lama Satu Sepur yang nyaris tidak terbaca dengan Awas, Masih Ada Kereta yang Lewat.
Sosialisai kehadiran rel ganda harus lebih menyentuh dan mampu “menyapa” masyarakat Yogya. Sehingga masyarakat merasa “diwongke” dan balasannya mereka akan ikut menjaga keamanan di perlintasan atau sepanjang jalur rel kereta api.
Saat ini kereta api yang melintas kota Yogyakarta diperkirakan sekitar 60 lebih setiap harinya, dengan adanya rel ganda akan meningkat dua kali lipat. Sosisalisasi kehadiran rel ganda patut dilakukan dengan cara yang lebih kreatif, cerdas dan tepat mengenai sasaran.

Eko Indarawanto, warga Yogyakarta
Kompas Jogja, 20 Juli 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar