Translate

18 Mei 2012

Potensi Desa Wisata


                                                        
Trend desa wisata sedang menjangkiti Bantul dan Sleman, pemerintah daerah setempat antusias mendorong desa-desa di wilayah adiminstratifnya untuk mengembangkan berbagai obyek wisata yang menarik agar wisatawan tertarik untuk mengunjungi dan tinggal di desa wisata.
Kebijakan ini strategis karena sebagaian besar wilayah Yogya seperti Bantul dan Sleman masih mudah ditemukan kehidupan desa yang dicirikan oleh persawahan, perkebunan, rumah desa dengan dinding bambu, berhalaman luas dan dikeliling oleh pohon bambu atau pohon-pohon besar.
Kehadiran desa wisata diharapkan dapat meningkatkan ekonomi mayarakat desa lewat kunjungan wisatawan. Disamping menjadikan lingkungan tempat tinggal sebagai hunian yang bersih, sehat dan humanis dengan menambahkan nilai estetis dalam penataan lingkungan di desa.
        Manfaat lain adalah tumbuhnya kesadaran dari pendududk desa untuk menghargai kelestarian alam, kehidupan yang natural dan suasana guyub sebagai perekat persaudaraan antar warga dalam menjaga ekstensi desa sebagai desa wisata .
Kehausan wisatawan adalah keinginan untuk melihat dan menikmati suasana yang alami dan jauh dari berbagai bentuk polusi. Kesederhanaan penduduk desa, raut muka yang terlihat bersahaja menikmati hidup yang dekat dengan alam. Menjadi daya tarik yang dicari oleh para wisatawan.
Kekaguman wisatawan semakin bertambah manakala melihat bagaiamana penduduk desa memanfaatkan potensi alam yang ada untuk dijadikan barang produksi tanpa merusak alam itu sendiri.
Sifat dasar wisatawan adalah keinginan untuk mencoba atau melihat sesuatu yang belum pernah dialami atau dilihatnya. Manakala mereka memiliki kesempatan untuk merasakan dan terlibat langsung bagaimana penduduk desa bekerja. Ini menjadi pengalaman baru yang jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di kota.

Seperti menanam padi, membajak sawah, memandikan karbau seperti di desa Kembangarum, Sleman. Atau melukis topeng batik dari kayu di desa wisata Krebet terletak Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul. Membuat gerabah di Kasongan dan lain sebagainya seperti memanen padi, memerah susu sapi atau kambing, menangkap ikan dari kolam atau makan dengan sayur dan lauk dengan cita rasa desa.
Jangan lupa bahwa gesekan budaya antara penduduk desa dengan wisatawan akan memberikan perubahan budaya pada masyarakat setempat. Kehidupan modern yang dibawa wisatawan kerap mempengaruhi warga desa wisata untuk meniru. Jika hal ini tidak disikapi secara arif maka nilai kelokalan sebuah desa akan terkikis sejalan dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke desa.
Bukannya tidak mungkin desa wisata menjadi kurang menarik. Ketika rumah-rumah lantainya sudah dikeramik, dindingnya dari tembok yang dilengkapi dengan alat modern seperti lemari es, bath tub atau pendingin ruangan. Tidak ada lagi air dingin yang mengalir langsung mengalir dari sumber mata air. Warga meninggalkan kentongan sebagai tanda untuk melakukan aktivitas kebersamaan seperti gotong royong atau kumpulan tingkat RT. Diganti dengan kebiasaan ber SMS.
Belum lagi gaya bicara dan cara berpakaian wisatawan yang memberi dampak pada komunikasi sehari-hari anak-anak di desa wisata. Bukannya tidak mungkin akan mendengar bahasa lu gue dari anak-anak asli desa wisata yang sedang asyik bermain kua-kudaan dari pelepah daun pisang.
Ini merupakan tantangan bagi penduduk setempat dalam menjaga nilai-nilai lokal dan budaya desa wisata tanpa harus merasa teringgal dalam menikmati modernisasi. Untuk itu pemerintah daerah mesti memberikan banyak dukungan dalam bentuk promosi, pelatihan sampai pemberdayaan masyarakat di desa wisata. Jika menginginkan desa wisata di wilayahnya tetap memiliki daya tarik dari nilai-nilai kelokalan.
Terjaganya daya tarik dan gencarnya promosi desa wisata dapat mendongkrak jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan di Yogya. Sekaligus meningkatkan citra bagi daerah yang akan memberi dampak postif lainnya pada sektor ekonomi dan jasa. Saat ini ada  40 desa wisata yang sebagian besar tersebar di kabupaten Sleman dan Bantul.
Namun demikian dalam mengembangkan desa wisata perlu memperhitungkan beberapa hal. Lesunya perekonomian dunia akibat krisis keuangan yang melanda dunia yang b erdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu pengelola desa wisata mesti konsisten dalam memelihara obyeknya.
      Demikian pula saat penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah karena tidak sedikit wisatawan yang menghindari tempat-tempat yang dijadikan basis pengerahan massa. Sebab tidak jarang tempat-tempat tersebut rawan konflik dan kekerasan.
Masih lebar kesempatan mengembangkan desa wisata supaya menarik minat wisatawan asing dan dalam negeri. Diantaranya, mengoptimalkan potensi desa pada malam hari. Seperti mendengarkan suara katak, melihat kunang-kunang atau menggelar acara dolanan anak-anak tradisonal pada malam bulan purnama.
Untuk itu pemerintah daerah harus lebih serius dalam menggali potensi desa wisata. Diantaranya membangun kerjasama dengan perguruan tinggi untuk menggali nilai sosial budaya serta lebih aktif dalam mendengarkan ide-ide kreatif masyarakat.