Translate

01 Juni 2009

Mati ala Yuliet dan Romeo

Kisah Romeo dan Yuliet drama cinta yang menempatkan kematian sebagai sebuah permainan sekaligus tragedi. Shakespeare menyampaikan pesan tersembunyi tentang kematian, jangan sekali-kali mempermainkan kematian jika tidak ingin dipermainkan oleh kematian itu sendiri.
Kematian sesuatu yang tidak dapat ditawar, kematian sebuah keharusan yang tidak terbantahkan, das sein. Sejatinya kematian bukan tragedi walau selalu membawa kesedihan bagi orang-orang yang ditinggalkannya. Kematian menjadi tragedi jika cara atau jalan kematian itu tidak lepas dengan hal-hal yang memilukan. Seperti karena kecelakaan, korban kejahatan, gagal menyelamatkan diri dalam sebuah bencana seperti kebakaran, banjir, tanah longsor dan sebagainya.
Kematian mestinya tidak disangkutkan dengan maut karena ada orang yang dengan bulat hati menghadapi kematian. Kematian merupakan proses yang harus dialami setiap orang dengan cara yang beraneka macam. Dari sakit, kecelakaan, korban perang, hukuman mati sampai usia lanjut. Kematian sesuatu yang pasti dan tidak terbantahkan. Kapan, dimana dan bagaimana kematian itu datang tetap menjadi misteri yang sulit ditemukan jawabannya. Hanya Maha Penyayang yang mengetahui kunci dari misteri tersebut.
Yuliet mempermainkan kematian dengan pura-pura mati. Skenario itu nyaris sempurna untuk melapangkan jalan kisah percintaannya dengan Romeo. Dengan minum racun Yuliet akan terlihat mati sebagaimana umumnya orang yang meninggal. Racun yang diminum Yuliet berkualitas, dengan takaran yang tepat maka dalam jangka waktu tertentu Yuliet akan hidup kembali.
Atas nama cinta strategi ini cukup heroik dan melankolis. Namun Yuliet kurang memperhitungkan bahwa rencananya yang harus diketahui Romeo, ternyata tidak pernah sampai ke telinga Romeo. Melihat Yuliet mati setelah minum racun, Romeo kehilangan asa sehingga kesedihan memuncak. Kematian Yuliet akhir dari segalanya, hidup menjadi hampa, cita-cita dan harapan dalam mengarungi kehidupan bersama Yuliet pupus. Romeo merasa tidak ada lagi yang diperjuangkan, hidup tidak lagi memiliki tantangan. Kematian adalah satu-satunya hiburan untuk bertemu lagi dengan Yuliet.
Romeo minum sisa racun milik Yuliet. Tanpa takaran Romeo langsung menegak racun hingga akhirnya kematian yang sesungguhnya menjemput. Ketika Yuliet sadar dari kematian semu dan mengetahui Romeo meninggal akibat minum racun yang sama. Yuliet kembali bunuh diri dan kali ini Yuliet tidak pernah bangun lagi. Disinilah kemenangan kematian, tidak ada adegan ulang untuk memperbaiki kesalahan.
Kematian adalah tragedi, babak yang memilukan, menyeret berbagai penyesalan. Dan kematian meledek Yuliet karena telah berani mempermainkannya. Sumiasih dan Sugeng seperti Yuliet yang menghadapi ledekan dari kematian dengan cara ditembak akibat ulahnya sendiri.
Membunuh keluarga Kolonel Purwanto yang kemudian direkayasa seolah-olah sebagai kecelakaan adalah permainan terhadap kematian untuk menyelesaiakan persoalan hutang piutang. Pada akhirnya Sumiasih dan Sugeng menjadi orang terakhir yang harus dipermainkan oleh kematian.
Hampir dua puluh tahun mereka dipermainkan oleh kematian, selama itu belum ada kejelasan kapan dan dimana kematian akan menyapanya. Hingga akhirnya sabtu dini hari (19/7), mereka berdua bertemu dengan kematian.
Perbuatan sadis dan kejam yang dilakukan Sumiasih dan Sugeng, Astini yang memotong-motong korbannya setelah ditagih hutangnya. Adalah cermin dari kemarahan pelaku terhadap situasi sosial. Mereka marah karena merasa kalah dengan keadaan yang membuat mereka terhimpit hutang.
Tidak jauh beda dengan dukun santet Usep di Banten yang memainkan delapan korbannya sebagai permainan kematian. Membunuh bagaikan candu, hingga akhirnya aparat kepolisian berhasil membongkar kasus tersebut dan kemudian Usep dieksekusi mati belum lama ini.
Robot Gedek pelaku sodomi terhadap anak-anak, yang korbannya dipotong-potong. Kematian seperti ritual yang menimbulkan kesenangan. Nasib Robot Gedek sedikit lebih beruntung, kematian berbaik hati dengan tidak menyebarkan rasa penasaran kapan dan dimana kematian akan menjemputnya. Kedatangan kematian yang menjemput nyawa Robot gedek bukan dari peluru senjata eksekutor tetapi karena sakit.
Beda lagi dengan Ahmad Suradji alias Datuk atau yang lebih dikenal dengan julukan dukun AS, dalam kasus pembunuhan 42 wanita antara tahun 1984-1994 di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dukun ini tidak hanya mempermainkan kematian dengan cara membunuhi wanita. Kematian menjanjikan ilmu kesaktian hingga akhirnya dirinya menjadi budak kematian. Selamanya kematian tidak tulus memberi ilmu kesaktian. Kesetiaan kematiaan pada tuntutan akan permintaan nyawa, kali ini yang diminta nyawanya sendiri dalam sebuah esekusi mati.
Masih ada beberapa orang yang menunggu eksekusi mati akibat mempermainkan atau bercanda dengan kematian seperti para pelaku bom Bali. Beberapa pelaku penyelundupan narkoba nasibnya tidak jauh berada yang mendapat vonis mati dan tinggal menunggu eksekusi. Mereka adalah Yuliet-Yuliet masa kini yang bermain-main dengan “racun” kematian.
Kematian ala Yuliet adalah kematian akibat mempermainkan kematian itu sendiri. Yang disertai dengan penyesalan, kesedihan dan kepedihan. Sementara kematian ala Romeo adalah korban permainan kematian walau dilandasi atas nama pengorbanan, ideologi dan kebenaran atas nama “cinta”.
Terpidana mati kasus bom Bali, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Muklas adalah Romeo-Romeo masa kini. Dengan tangannya mereka menjadi korban kematian dengan mengorbankan orang-orang yang ada di Bali, Marriot dan depan kantor Kedutaan Australi. Mereka merasa menjadi Romeo, yang menjemput kematian karena nilai atau ideologi yang diyakini itu benar dan mulia.
Perdebatan akan terus berlangsung seputar pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku tindak kejahatan. Cina menuai kritikan dari masyarakat internasional terkait dengan seringnya diberlakukan hukuman mati terhadap para pelaku kejahatan. Baik kejahatan kriminal, korupsi atau terhadap lawan politik.
Dan perdebatan masih akan terus berlanjut selama manusia masih gemar memainkan kematian layaknya Yuliet. Siapa yang akan menjadi korban dan dikorbankan oleh kematian? Yang jelas bukan hanya Yuliet dan Romeo tetapi kehidupan.

Eko Indarwanto,
Community for Hope and Change ( Kompas Jateng DIY, 2 Agustus 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar