Translate

03 Agustus 2009

Jogja dan Jembatan

Di atas aliran sungai Code, sedikitnya ada tujuh jembatan yang menghubungkan wilayah yang satu dengan yang lainnya. Jembatan di Jl. Sarjito, jembatan Gondolayu di Jl Sudirman, Kewek, jembatan Jambu Jl. Mas Suharto, jembatan Juminahan dekat Jl. Jagalan dan Jl. Juminahan. Jembatan Gondomanan atau Ratmakan menghubungkan Jl. Sultan Agung dan Jl. Senopati, serta jembatan Tungkak di Jl. Sugiono. Belum lagi jembatan yang melintang di atas sungai Gajah Wong dan sungai Winongo.
Perlakuan dan perawatan Pemkot terhadap jembatan-jembatan tersebut berbeda dan terkesan diskriminatif. Jembatan Gondolayu dan Kewek menjadi anak mas Pemkot. Kedua jembatan ini dilengkapi dengan berbagai lampu hias dan banyak lampu antik. Bahkan jembatan Gondolayu dilengkapi dengan lampu sorot di kanan kirinya sehingga menimbulkan kesan yang eksotis di malam hari.
Jembatan Kewek selain sudah unik karena ada jalan kereta api yang melintas di atasnya. Oleh Pemkot dilengkapi lagi dengan taman, air mancur, lampu hias, dan lampu penerang yang menyoroti tugu adipura.
Bandingkan dengan jembatan Gondomanan, yang hanya dilengkapi empat lampu antik, tiangnya kusam dan lampu hiasnya kecil kurang proporsional untuk menghias jembatan yang cukup lebar dan ramai. Atau mungkin lampu hias tersebut sengaja dipasang oleh warga sekitar jembatan untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI.
Tidak ada kesan khusus bahwa jembatan itu merupakan jembatan penting karena jembatan Gondomanan menjadi salah satu sarana utama yang menghubungkan jalan menuju obyek wisata Kraton Puro Pakualaman dan Gembiraloka.
Kesan diskriminatif semakin nampak jika membandingkan dengan jembatan Tungkak di Jl. Sugiono. Jembatan ini jauh dari hiasan dan minim lampu penerang. Setiap kali pejalan kaki lewat harus menutup hidung karena bau yang tidak sedap muncul dari bawah jembatan yang banyak sampah di dasar sungai dan di tiang jembatan. Tidak ada pemandangan yang menarik saat melihat ke bawah jembatan selain sampah, rumput dan tanaman liar yang tumbuh tinggi.
Berbeda saat kita melihat ke bawah di jembatan Gondolayu, Gondomanan, Juminahan, Jambu atau jembatan Sarjito. Walau tidak terlalu bersih, sampah sudah mulai jarang terlihat. Warga sekitar kolong jembatan dan sepanjang sungai Code dari jembatan Sarjito, Gondolayu sampai Gondomanan sepertinya mengerti bagaimana menjaga sungai supaya bersih. Karena tidak sedikit warga yang memanfaatkan aliran sungai Code untuk memelihara ikan.
Sepertinya warga paham akan anjuran untuk tidak membuang sampah ke sungai. Tetapi menjadikan kolong serta samping jembatan untuk menyimpan kertas, botol bekas dan barang rongsokan lainnya seperti di bawah dan samping jembatan Gondolayu.
Semoga Pemkot dan warga sekitar jembatan-jembatan di Yogya memiliki ide membuat program untuk mempercantik jembatan, sungai dan kolong jembatan supaya bersih dan menarik untuk dilihat. Sehingga setiap jembatan yang ada di Yogya memiliki karakter tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan karakter warga yang tinggal di sekitar jembatan.(Kompas Jogja,31/10/2007)
P Daryono(*)
Komunitas Cemara Tujuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar